September 18, 2008

Dari Arga do Bona Ni Pinasa menuju AntiQ Foundation

Posted in corat coret pada 6:14 pm oleh axander

warning : artikel cukup panjang 

 

Jam 12 malam lebih 10 menit aku tiba di rumah. Setelah sekitar 45 menit perjalanan mengendarai sepeda motor dari kantor. Sekarang bukan tanggal 16. “Sudah tanggal 17” pekikku dalam hati. Setelah membersihkan diri dan minum air putih, aku langsung ke kamar tidur. Meng-SMS seseorang, tapi sepertinya dia sudah tidur. Dan aku belum mau tidur. Ini akibat sempat terkena angin malam yang menyebabkan perlu beberapa saat untuk bisa tidur.

 

Membuka Notebook. Setelah loading, klik Start-> Winamp. “Dengar lagu Batak dulu ahh….” List lagu Viky Sianipar pun dijalankan. Setiap mendengarkan lagu lagu Viky Sianipar, aku sering mengingat dan berterima kasih kepada Novita dan Jefry yang memberikan referensi padaku untuk membeli kasetnya waktu di kampus PI Del dulu. “Aku mau lagu Batak yang aransemennya bagus” begitu kubilang ke mereka berdua. Dan mereka memberikanku Viky Sianipar sebagai solusinya.

 

Setelah mendengar beberapa lagu, ada satu lagu yang sebenarnya cukup jarang kudengar. Tapi waktu aku mendengarnya, bulu kudukku merinding. Mungkin karena suasana malam juga. Dan aku mengulangnya, mengulangnya, dan hanya lagu itu yang akhirnya terus kudengar.

 

Arga do bona ni pinasa

Di angka na burju marroha

Sai ingot ma mulak tu huta

Mulak tu bona ni pinasa

 

Begitulah sepenggal teksnya. Langsung kutulis di aplikasi Post-It sehingga selalu terpampang di Desktopku.

Dan akhirnya aku tertidur diiringi lagu “Arga do Bona Ni Pinasa” sampai batere Notebook-ku habis.

 

Hari ini, tanggal 17 aku tidak kerja. Beginilah yang kerja shift. Orang lain kerja, aku libur. Orang lain libur, aku kerja.

Pergi ke warnet, cek email, browse sana sini dan akhirnya menuju blog temanku Gloria Limbong.

Salah satu artikelnya berisi tentang top ten orang orang yang suka tidur di kelas waktu di kampus PI Del dulu dan salah satunya aku. “Hehehe…” aku tertawa dalam hati. Tidak ada kekesalan pada Gloria karena mengungkapkannya, malahan bangga terhadap secuil petualangan kecil dari sebuah petualangan kehidupan terbesar yang pernah kualami.

Namun di artikel terbarunya, hatinya miris melihat anak jalanan. Terlalu banyak yang menderita. Benangnya terlalu kusut. Tak tau harus memulai darimana utk memperbaikinya. Aku hanya memberi comment untuk membuat AntiQ Foundation.

Sebuah comment yang akan dibaca dengan kecepatan 0,1 detik per kata atau bahkan tak dibaca dan kemudian akan terlupakan..

 

AntiQ begitu responsive terhadap orang orang yang mendapat kemalangan. Responnya begitu cepat. Tak banyak omong dan langsung bertindak. Begitu perhatian terutama di lingkungan IA-Del.

 

Sepertinya sudah saatnya kita berangkat ke luar. Memberi ke luar. Aku yakin pasti bisa. Modal awal sudah ada. Anda semua memiliki kasih, setidaknya untuk saat ini, dan mudah mudahan di saat yang akan datang.

“AntiQ Foundation” pikirku dalam hati. Tapi nama AntiQ ini dimiliki oleh 62 orang. Mereka semua harus setuju. Tapi jika kita semua setuju, maka akan ada Yayasan dimana 62 orang akan menjadi Dewan Pembina. Kita akan merekrut orang yang sama idealisnya dengan kita. Kita akan menggerakkan mesin KASIH. Berbagi Kasih kepada semua orang dengan terorganisir dan terencana. Agar Gloria tak sedih lagi melihat anak jalanan yang banyak tersebar di Jakarta ini.

Tapi kita harus mulai dari daerah. Karena mereka semua datang dari daerah. Lagu Arga do Bona Ni Pinasa harus terus dikumandangkan. Orang Sumatera yang sudah bekerja di sini harus memperhatikan kampung halamannya. Sama dengan orang Kalimantan, Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara, dan kepulauan lainnya termasuk orang Jawa sendiri. Indonesia bukan hanya Jakarta saja. Mengapa petani tak bisa kaya? Sama juga dengan Nelayan. Jurusan Pertanian di berbagai universitas juga tak jadi favorit. Sudah lupakah kita semua bahwa kita adalah Negara agraris? 

Kita harus mulai dari daerah. Mereka harus mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak. Kemajuan yang ada di Jakarta juga harus didapatkan di daerah. Tapi otonomi daerah berjalan tidak seperti yang diharapkan. Banyak yang disalahgunakan. Korupsi di tiap daerah semakin menjadi jadi karena daerah diberi keleluasaan yang tinggi untuk mengurus daerahnya.

AntiQ harus bergerak. Selama para jahanam itu korupsi di bidang pendidikan, kita harus memberikan bantuan kepada anak anak agar mereka bisa bersekolah. Ketika para politisi busuk itu sibuk mengurusi kekuasaan, kita harus bergerak untuk kemanusiaan.

Kita harus bergerak. Dimulai dari hal terkecil. Mungkin kita bisa mulai dari “Tidak membuang sampah sembarangan dan memungut satu sampah kecil di lingkungan yang berserakan dan membuangnya ke tong sampah setiap hari”. Satu langkah kecil menuju impian yang besar dan cita cita yang besar.

 

 

 

Aku pulang ke rumah. Masuk kamar dan kembali membuka NoteBook. Kembali memutar lagu “Arga do Bona Ni Pinasa” Dan menuliskan artikel ini.